Benjamin Netanyahu, salah satu pemimpin paling kontroversial dalam sejarah politik modern, kerap dipandang oleh banyak pihak sebagai sosok yang memicu perpecahan, kekerasan, dan penderitaan, khususnya di wilayah Timur Tengah. Julukan “manusia setan” muncul sebagai refleksi dari kebijakan keras dan brutal yang diambilnya selama menjabat sebagai Perdana Menteri Israel. Netanyahu dianggap bertanggung jawab atas banyaknya korban jiwa, kehancuran wilayah Palestina, dan pemicu eskalasi konflik yang tak berkesudahan antara Israel dan Palestina. Untuk memahami mengapa ia mendapat julukan tersebut, perlu ditinjau rekam jejak politik, kebijakan militer, dan pengaruhnya terhadap geopolitik Timur Tengah.
1. Siapa Benjamin Netanyahu?
Benjamin Netanyahu lahir pada 21 Oktober 1949 di Tel Aviv, Israel, dalam keluarga yang nasionalis dan sangat mendukung Zionisme. Ayahnya, Benzion Netanyahu, adalah seorang sejarawan yang mendorong ideologi Israel sebagai "tanah air eksklusif" bagi orang Yahudi. Masa mudanya dihabiskan sebagian di Amerika Serikat, di mana ia menempuh pendidikan di MIT (Massachusetts Institute of Technology) dan kemudian bekerja di bidang konsultasi bisnis.
Netanyahu pertama kali muncul sebagai figur publik setelah bergabung dengan militer Israel dan menjadi bagian dari pasukan elit Sayeret Matkal. Pengalamannya di militer membentuk perspektif politiknya yang keras dan menekankan keamanan nasional sebagai prioritas utama. Ia kemudian memasuki dunia politik dan dengan cepat menanjak di Partai Likud, partai sayap kanan yang dikenal dengan kebijakan agresifnya terhadap Palestina.
Netanyahu pertama kali menjadi Perdana Menteri Israel pada tahun 1996, kemudian kembali berkuasa selama periode 2009 hingga 2021 dan menjabat lagi pada akhir 2022. Kepemimpinannya yang panjang menandai kebijakan ekspansionis, militeristik, dan represif terhadap warga Palestina, yang memicu kritik tajam dari komunitas internasional.
2. Kebijakan Kontroversial Netanyahu terhadap Palestina
a. Blokade Gaza
Salah satu kebijakan Netanyahu yang paling terkenal adalah blokade Jalur Gaza yang dimulai sejak 2007 dan terus diperketat selama masa kepemimpinannya. Jalur Gaza, yang dihuni lebih dari 2 juta warga Palestina, disebut sebagai “penjara terbuka terbesar di dunia”. Netanyahu berdalih bahwa blokade ini untuk mengisolasi Hamas, kelompok yang menguasai Gaza dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel.
Namun, dampak kebijakan ini sangat tragis bagi warga sipil. Blokade menyebabkan krisis kemanusiaan berkepanjangan, termasuk kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan, listrik, dan bahan bakar. Rumah sakit tak mampu beroperasi secara optimal, sementara anak-anak mengalami kekurangan gizi kronis. Blokade ini mendapat kecaman luas dan dinilai oleh banyak pihak sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
b. Serangan Militer ke Gaza
Di bawah kepemimpinan Netanyahu, Israel melancarkan sejumlah serangan militer besar-besaran ke Gaza, di antaranya operasi Pillar of Defense (2012), Protective Edge (2014), dan serangan intensif pada 2021 serta 2023-2024. Setiap serangan menyebabkan ribuan korban jiwa di pihak sipil Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak. Infrastruktur sipil seperti rumah sakit, sekolah, dan rumah penduduk hancur total akibat serangan udara dan artileri Israel.
c. Pemukiman Ilegal di Tepi Barat
Netanyahu juga memperluas pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat, wilayah yang diakui secara internasional sebagai milik Palestina. Pemukiman ini dibangun dengan menggusur warga Palestina dan merampas tanah mereka. Kebijakan ini melanggar hukum internasional dan resolusi PBB, namun Netanyahu berulang kali menolak tekanan global untuk menghentikan aktivitas tersebut.
3. Kebrutalan dalam Konflik Gaza 2023-2024
Puncak kebijakan keras Netanyahu terjadi pada perang Gaza tahun 2023-2024, yang dipicu oleh serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023. Hamas menyerang wilayah Israel, menewaskan lebih dari 1.200 orang. Sebagai respons, Netanyahu melancarkan serangan balasan besar-besaran yang disebut sebagai “pembalasan brutal tanpa batas”.
Dalam operasi militer tersebut, ribuan warga sipil Palestina menjadi korban. Serangan udara dan darat Israel menghancurkan rumah-rumah penduduk, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya. Laporan dari organisasi internasional seperti Human Rights Watch dan Amnesty International menyebutkan bahwa Israel menggunakan metode yang tidak proporsional dan tidak membedakan antara milisi dan warga sipil, yang dianggap melanggar hukum humaniter internasional.
4. Julukan “Manusia Setan” dan Kejahatan Kemanusiaan
Netanyahu disebut sebagai “manusia setan” karena kebijakannya yang dianggap tidak manusiawi dan menimbulkan penderitaan luar biasa bagi warga Palestina. Julukan ini muncul bukan hanya dari kalangan Palestina, tetapi juga dari aktivis HAM global, pemimpin negara-negara berkembang, dan organisasi kemanusiaan. Beberapa alasan utama mengapa Netanyahu dijuluki demikian adalah:
Penghancuran Gaza: Serangan militer Israel di bawah Netanyahu menyebabkan kematian massal dan kehancuran total infrastruktur sipil.
Pemaksaan Kelaparan: Pemutusan pasokan kebutuhan dasar di Gaza dianggap sebagai kejahatan perang karena menggunakan kelaparan sebagai senjata.
Represi Politik: Netanyahu memperkuat kebijakan diskriminatif terhadap warga Palestina, baik di Gaza maupun di Tepi Barat.
Penolakan Perdamaian: Netanyahu menolak inisiatif perdamaian internasional dan malah memperluas pemukiman ilegal, yang menghambat solusi dua negara.
Dehumanisasi Warga Palestina: Retorika Netanyahu sering kali menggambarkan warga Palestina sebagai “ancaman” dan “teroris”, yang memperparah kebencian dan perpecahan.
5. Reaksi Internasional
Kebijakan Netanyahu memicu reaksi keras dari banyak negara dan organisasi internasional. Pada 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Netanyahu kini menjadi buronan internasional di 124 negara anggota ICC, yang diwajibkan menangkapnya jika ia memasuki wilayah mereka.
Reaksi dari berbagai pihak meliputi:
- Negara-Negara Arab: Mengecam keras kebijakan Netanyahu dan menyerukan solidaritas terhadap Palestina.
- Negara Barat: Sikap negara-negara Barat seperti Amerika Serikat cenderung mendukung Israel, meskipun ada tekanan dari publik mereka sendiri.
- Organisasi HAM: Mengecam Netanyahu sebagai simbol impunitas internasional.
6. Warisan Netanyahu: Pemimpin atau Penjahat?
Bagi sebagian pendukungnya di Israel, Netanyahu dipandang sebagai pemimpin kuat yang melindungi negaranya dari ancaman eksternal. Namun, bagi banyak pihak lain, ia adalah sosok yang bertanggung jawab atas penderitaan tak terbayangkan di Gaza dan Tepi Barat. Kebijakannya tidak hanya memperburuk konflik Israel-Palestina, tetapi juga menciptakan luka mendalam yang sulit disembuhkan.
Netanyahu adalah cerminan dari kepemimpinan yang memilih jalan kekerasan dan perpecahan, daripada dialog dan perdamaian. Kebrutalan kebijakannya terhadap warga Palestina telah mencoreng reputasi Israel di mata dunia dan memperkuat narasi bahwa ia adalah “manusia setan” yang tidak memiliki belas kasih terhadap sesama manusia.
Kesimpulan
Julukan “manusia setan” yang dilekatkan pada Benjamin Netanyahu adalah hasil dari kebijakan keras, agresif, dan tidak manusiawi yang ia terapkan selama puluhan tahun. Dari blokade Gaza, serangan militer brutal, hingga perluasan pemukiman ilegal, Netanyahu dianggap sebagai sosok yang bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Palestina. Statusnya sebagai buronan internasional kini menjadi simbol bahwa kejahatan kemanusiaan tidak boleh dibiarkan tanpa akuntabilitas. Masa depan Netanyahu mungkin akan terus dipenuhi kontroversi, tetapi jejak kehancuran yang ia tinggalkan di Gaza dan Palestina akan terus diingat oleh dunia.
Comments
Post a Comment